Cari Blog Ini

Minggu, 16 Oktober 2011

askep katarak

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KATARAK


A.  DEFINISI
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ).  Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

B.     ETIOLOGI

1.       Ketuaan ( Katarak Senilis )
2.       Trauma
3.       Penyakit mata lain ( Uveitis )
4.       Penyakit sistemik (DM)
5.       Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles )

C.     PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.  Lensa mengandung tiga komponen anatomis.  Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.  Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .  Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.  Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi.  Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.  Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

D.     MANIFESTASI KLINIK

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop.  Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.  Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.  Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

E.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.       Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2.       Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
3.       Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4.       Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5.       Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6.       Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7.       Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8.       EKG, kolesterol serum, lipid
9.       Tes toleransi glukosa : kotrol DM  

F.      PENATALAKSANAAN

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.  Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1.       Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.

2.       Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak.  Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.

G. PENGKAJIAN.KEPERAWATAN

1.       Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2.       Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap.  Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3.       Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau   tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1.       Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
˜       Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan
˜       pandangan kabur, dll
Tujuan :
Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Kriteria hasil :
-          Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
-          Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi :
-          Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
-          Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
-          Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
-          Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
-          Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.
-          Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.
-          Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
-          Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,  Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.  Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
-          Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
-          Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.

2.       Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
˜       menurunnyaketajaman penglihatan
˜        perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
-          Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
-          Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
-          Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
-          Orientasikan klien tehadap lingkungan
-          Observasi tanda-tanda disorientasi.
-          Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
-          Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
-          Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
-          Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.

3.       Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,  pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
˜       pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
˜        tak akurat mengikuti instruksi
˜       terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan :
Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
-  Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin,  beritahu untuk melaporkan -  penglihatan berawan.
-  Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
-  Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
-  Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
-  Dorong aktifitas pengalihan perhatian.
-  Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung.
-  Anjurkan klien tidur terlentang.

Jumat, 14 Oktober 2011

askep glaukoma

ASKEP PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA

A.    DEFINISI

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
  
B.     ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
-  Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

 C .    KLASIFIKASI
1.      Glaukoma primer
-          Glaukoma sudut terbuka
      Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
-          Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
      Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2.      Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
-          Perubahan lensa
-          Kelainan uvea
-          Trauma
-          bedah
3.      Glaukoma kongenital
-          Primer atau infantil
-          Menyertai kelainan kongenital lainnya
4.      Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi  glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
            Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
 
       Berdasarkan  lamanya :

1.  GLAUKOMA AKUT

a.       Definisi
      Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b.      Etiologi
      Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c.       Faktor Predisposisi
      Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d.      Manifestasi klinik
1).    Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah       belakang kepala .
2).    Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3).    Tajam penglihatan sangat menurun.
4).    Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5).    Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6).    Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7).    Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8).    Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9).    Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10).   Tekanan bola mata sangat tinggi.
11).   Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e.       Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f.       Penatalaksanaan
      Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2.      GLAUKOMA KRONIK
a.       Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b.      Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c.       Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e.       Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

D.    PATHWAY GLAUKOMA

Usia >  40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata








 



                                 Obstruksi jaringan                                  peningkatan tekanan
                                  Trabekuler                                                               Vitreus


 



                              Hambatan pengaliran                    pergerakan iris kedepan
                              Cairan humor aqueous







Nyeri
 

 




                                              TIO meningkat          Glaukoma              TIO Meningkat


 




                                              Gangguan saraf optik                                             tindakan operasi

















Anxietas
 

Kurang pengetahuan
 

Gangguan persepsi sensori penglihatan
 

 




                                  Perubahan penglihatan
                                          Perifer


 




                                          Kebutaan


E.     ASUHAN KEPERAWATAN
1).    Pengkajian
a)      Aktivitas / Istirahat           :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi  sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b)      Makanan / Cairan              :
Mual, muntah (glaukoma akut)
c)      Neurosensori                     :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda                                :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d)     Nyeri / Kenyamanan         :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e)      Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2).    Pemeriksaan Diagnostik
(1)   Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2)   Lapang penglihatan           :    Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3)   Pengukuran tonografi       :  Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4)   Pengukuran gonioskopi     :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(5)   Tes Provokatif                   :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6)   Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7)   Darah lengkap, LED         :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8)   EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9)   Tes Toleransi Glukosa       :menentukan adanya DM.

F.     Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

a.         Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan            : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-             pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
-             pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
-             ekspresi wajah rileks
Intervensi :
-             kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri 
-             kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik 
-             anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang 
-             atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.

-             Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
-             Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
-             Berikan analgesik sesuai anjuran 
Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan            : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
        Intervensi          :
-             Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
-          Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
-             Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
-             Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
-             Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang

Kriteria Hasil:

-          Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun   sampai tingkat  dapat diatasi.

-          Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
-          Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi     :
-          Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
-          Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan                          kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
-          Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
-          Identifikasi sumber/orang yang menolong. 
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.

Kriteria Hasil:

-         pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan                    pengobatan.

-         Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
-         Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi  :
-         Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,                       
-         Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
-         Izinkan pasien mengulang tindakan.
-         Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
-         Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
      jantung tak teratur dll.
-          Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
-          Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
-          Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
-          Tekankan pemeriksaan rutin.
-          Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma

DAFTAR PUSTAKA

  1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

  1. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

  1. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

  1. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

  1. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

  1. Brunner & Suddart.  Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002