Cari Blog Ini

Rabu, 14 Desember 2011

askep urolithiasis


UROLITHIASIS

      Definisi
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.
      Etiologi
Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu:
1.      Idiopatik.
2.      gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks vesiko-ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.
3.      gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria. Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat disebabkan oleh:
§ hiperparatiroidisme
§ asidosis tubular renal
§ malignasi
§ penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.
§ Masukan vitamin D yang berlebihan.
§ Masukan susu dan alkali.
§ Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.
            4.      Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis).
            5.      Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.
            6.      Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.
            7.      Jaringan mati (nekrosis papil).
            8.      Multifaktor : anak di negara berkembang, penderita multitrauma.


      Patogenesis dan Patofisiologi
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a.      Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b.      Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c.       Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d.      Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
      Factor lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi kalkuligenesis antara lain:
1.      Infeksi
            Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
2.      Obstruksi dan stasis urin
            Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi.


3.      Jenis kelamin
            Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria.
4.      Ras
            Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.
5.      Keturunan
            Riwayat anggota keluarga yang mempunyai batu saluran kencing mempunyai factor resiko lebih besar menderita batu saluran kencing dibandingkan dengan tidak mempunyai riwayat tersebut.
6.      Air minum
            Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kencing.
7.      Pekerjaan
            Pekerja-pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kencing daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.
8.      Makanan
            Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbiditas batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi social ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kencing (buli-buli dan uretra) dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau piala.
9.      Suhu
            Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran kencing.
      Tanda dan Gejala
            Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria terbuka atau mikroskopik; nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral; pielonefritis dan atau sistitis; pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing; nyeri tekan kostovertebral; gangguan faal ginjal. Selain itu bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain.
      Manifestasi Klinik
            Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
            Batu di piala ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.
            Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu.
            Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam kehidupan pasien.
      Penatalaksanaan
            Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
            Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
·         Obstruksi jalan kemih
·         Infeksi
·         Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
·         Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
·         Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a.      Pengurangan nyeri
            Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
b.      Pengangkatan batu
      Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c.       Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
            Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
d.      Metode Endourologi Pengangkatan Batu
            Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
e.       Ureteroskopi
            Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f.        Pelarutan batu
            Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
g.      Pengangkatan batu
            Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
      Pencegahan
      Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dan atau oksalat. Pencegahan batu ginjal makanan dan minuman yang harus dibatasi:
·         Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan reabsorpsi kalsium).
·         Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca dalam reabsorpsinya diginjal).
·         Daftar makanan berikut harus dihindari :
-    Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).
-    Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.
-    Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering, kedelai, seledri.
-    Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.
-    Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi, com flakes).
-    Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari susu atau produk susu.
-    Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim, makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue kering, pie).
      Diagnosa keperawatan yang muncul
1.      Nyeri akut b.d inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius.
2.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan serta pencegahan kekambuhan b.d kurangnya informasi.
3.      Resiko infeksi






















DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta
Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care, available on: www.Us.Elsevierhealth.com

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta
McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby, USA
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA

Soeparman & Waspadji, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI, Jakarta

askep luka bakar


LUKA BAKAR

Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi, seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi , juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik.
Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS (Systemic Inflammatory Respon Syndrome), infeksi dan sepsisserta parut hipertrofik dan kontraktur.
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum , ketiak, leher tangan sulit dalam perawatannya (mudah mengalami kontraktur).

Patofisiologi
            Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor , termasuk konduksi jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedang tulang, paling tahan. Jaringan lain memiliki konduksi sedang. Sumber – sumber radiasi elektromagnetik meliputi sinar x, gelombang mikro, sinar ultraviolet dan cahaya tampak. Radiasi ini dapat merusak jaringan baik dengan panas (gelombang mikro) atau ionisasi (sinar x)
            Sel – sel dapat menahan temperatur sampai 44oC tanpa kerusakan bermakna. Antara 44oC dan 51oC, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Di atas 51oC, protein terdenaturasi  dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur di atas 70oC menyebabkan kerusakan seluler yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran sangat singkat yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi ; tetapi pada rentang panas lebih tinggi, hal ini tidak efektif.
Luka bakar terbentuk dari beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik kerusakan maksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang ditandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel – sel yang masih dapat diselamatkan. Di sekeliling daerah stasis terletak daerah hiperemia, tempat sel kurang rusak dan dapat sembuh sempurna. Dengan pengeringan atau infeksi, sel pada daerah stasis dapat hilang dan luka dengan kedalaman tidak penuh dibuat menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.

Kedalaman luka bakar

1.      Derajat 1 (luka bakar superficial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang bisanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 – 7 hari .
2.      Derajat 2 (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat 2 mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini luka dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri daripada luka bakar superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik, juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena permeabilitas dindingnya meninggi.
 Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi :
v Derajat 2 dangkal , dimana kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10 – 14 hari.
v Derajat 2 dalam , dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis , subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian  dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel  - sel kulit (biji epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dll.). Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.
3.      Derajat 3
Luka bakar derajat 3 meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutisTu organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.
I. Sebagian epidermis hangus sebagian     vital
   II. Hanya elemen epitel, misalnya kelenjar keringat yang masih vital
  III. Tidak ada elemen epitel yang vital, jaringan lemak, otot bahkan tulang pun menjadi hangus.

Luas luka bakar
1. Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan Rule of Nine dari Wallace, yaitu :
v Kepala dan leher  = 9 %
v Ekstremitas atas  = 2 x 9% (kiri dan kanan)
v Paha dan betis – kaki = 4 x 9%  (kanan dan kiri)
v Dada, perut, bokong dan punggung = 4 x 9%
v Perineum dan genitalia = 1 %
2. Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala anak lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh   karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10 – 15 –20  dari Lund dan Browder untuk anak.
v Untuk anak  :
Kepala dan leher 15 %
Bagian depan dan belakang masing – masing 20 %
Ekstremitas atas kanan dan kiri masing – masing 10 %
Ekstremitas bawah kanan dan kiri masing – masing 15 %
            Luasnya luka bakar:
A.    rumus 10 untuk bayi
B.     rumus 10-15-20 untuk anak
C.     rumus 9 untuk orang dewasa
Klasifikasi luka bakar
1.       Berat atau kritis bila :
v Derajat 2 dengan luas > 25 %
v Derajat 3 dengan luas >10 % atau terdapat di muka, kaki, dan tangan
v Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas atau fraktur
v Luka akibat listrik
2.       Sedang bila :
v Derajat 2 dengan luas 15 – 25 %
v Derajat 3 dengan luas <10% kecuali muka , kaki dan tangan
3.       Ringan bila :
v Derajat 2 dengan luas < 15 %
v Derajat 3 < 2 %

Penatalaksanaan
      Prinsip penatalaksanaan luka bakar adalah penutupan lesi segera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
      Pada saat kejadian hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Hal tersebut disebabkan oleh proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu yang tinggi berlangsung terus walaupun api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar > 10% karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan terjadinya kardiak aresst.
      Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1.      Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu :
v  Periksa jalan nafas
Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalannafas dengan pembersihan jalan nafas (ex. :suction) bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
v  Berikan O2
v  Pasang IV lineuntuk resusitasi cairan , berikan cairan RL untuk mengatasi syok.
v  Pasang kateter buli – buli untuk pemantauan diuresis
v  Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
v  Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venosus pressure/ CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah pada luka bakar ekstensif (>40%)

2.      Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untuk menetukan adanya cedera luka luas dan derajat luka bakar. Sehingga jumlah dan jenis cairan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas > 25 % atau pasien tidak dapat minum. Tetapi dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan parenteral.
Ada 2 cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada luka bakar yaitu :
a.Cara Evans
                  Untuk menghitung cairan pada hari pertama :
v Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl  (1)
v Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc lar. Koloid (2)
v 2000cc glukosa 5 %
      Separuh dari jumlah (1), (2) dan (3) diberikan pada 8 jam pertama , sisanya pada 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pertama. Pada hari ke-3 diberikan ½ jumlah cairan hari ke-2. sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis.
b.     Cara Baxter
      Cara ini lebih sederhana. Jumlah kebutuhan cairan hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4cc.
      Separuh dari cairan ini diberikan pada 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam. Hari pertama diberikan larutan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi hiponatremi. Untuk hari ke-2 diberikan ½ dari hari pertama.
3.      Berikan analgesik , yang efektif morfin atau petidin lewat intravena
4.      Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil, pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridementdan memandikan klien dengan menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat  digunakan adalah Betadine atau nitras argenti 0,5 %
5.      Berikan antibiotik topical pasca pencucian luka dengan tujuan mengatasi infeksi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep / oinmentum, seperti ; silver nitrat 0,5% , mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin1 %, gentamicin sulfat
6.      Balut luka dengan kasa gulung kering dan steril
7.      Berikan suntikan antitetanus  yaitu ATS 1500 unit untuk anak – anak

Indikasi rawat inap
Penderita luka bakar dirawat inap bila :
1.      Penderita syok atau terncam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak – anak atau >15% pada dewasa
2.      Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat
3.      Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, ex : wajah, mata, tangan, kaki atau perineum.
Perawatan
1.      Nutrisi diberikan untuk menutupi kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen negatif pada fase katabolisme , yaitu : 2500 – 3000 kalori setiap hari dengan kadar protein tinggi
2.      Perawatan local dapat seara terbuka atau tertutup
3.      Antibiotik topical diganti 1x sehari, didahului hidroterapi untuk mengangkat sisa – sisa krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau dijumpai krusta dan atau eksudat , pemberian dapat diulang sampai dengan 2 – 3 x sehari.
4.      Rehabilitasi termasuk latihan pernafasan , pergerakan otot dan sendi
5.      Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan , penyembuhan bisa dicapai secepatnya dengan :
v Perawatan luka bakar dengan baik
v Penilaian segera daerah- daerah luka bakar dari 3 atau 2 dalam
6.      Pertahankan fungsi sendi – sendi, latihan gerakan atau bidai dalam posisi baik
7.      Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada kontraksiyang akan mengganggu fungsi dengan dipasang perban ½ menekan , bidai yang sesuai , elevasi.
8.      Antibiotik spectrum luas untuk mencegah infeksi, infeksi dapat memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan
9.      Suplemen vitamin A 10.000 unit/minggu ; vit. C 500 mg dan sulfat ferrous 500 mg