Cari Blog Ini

Selasa, 11 Oktober 2011

riset penelitian diare


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI                                                 ...............................................1
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang                                 ...............................................2
B.  Rumusan Masalah                             ...............................................4
C.  Tujuan Penelitian                              ...............................................4
D.  Manfaat Penelitian                            ...............................................5
E.   Relevansi                                          ...............................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
PENDIDIKAN                                                ...............................................7
PEKERJAAN                                     ...............................................7
LINGKUNGAN/PHBS                      ...............................................7
DEFINISI DIARE SECARA UMUM
A.  Definisi                                             ............................................... 8
B.  Penyebab                                          ...............................................9
C.  Patogenesis                                       ...............................................9
D.  Klasifikasi Diare                               ...............................................10
E.   Langkah Diagnostik                         ...............................................10
F.   Komplikasi                                        ...............................................12
G.  Terapi                                                ...............................................12
H.  Upaya Kegiatan Pencegahan Diare  ...............................................14
I.               Penanggulangan KLB Diare               ...............................................16        
BAB III METODE PENELITIAN
A.  Jenis dan Rancangan Penelitian        ...............................................18
B.  Frame Work                                      ...............................................18
C.  Populasi dan Sampel                         ...............................................18
D.  Variabel Penelitian                            ...............................................19
E.   Definisi Operasional Variabel           ...............................................19
F.   Teknik Analisa Data                         ...............................................20
DAFTAR PUSTAKA                                 
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
            Di negara yang sedang berkembang, penyebab kematian banyak diakibatkan oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi adalah diare. Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah penyakit diare. Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia (Satriya, 2008).
            Hasil survei tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak berusia dibawah lima tahun. UNICEF ( Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare (Dewayani, 2008).
            Penyakit diare masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan terjadi peningkatan kesakitan atau kematian kasus 2 kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian karena diare yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya. Pada tahun 2006, sebanyak 41 kabupaten di 16 propinsi melaporkan KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,5% (Dewayani, 2008).
            Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan Buang Air Besar yang terus-menerus dan feses yang masih memiliki kandungan air yang berlebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (Wikipedia, 2010)
       Data terkini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai dengan 94% melalui pengolahan air yang aman dan penyimpanan di tingkat rumah tangga dapat mengurangi angka kejadian diare sebesar 39%, melakukan cuci tangan yang efektif dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 45%, meningkatkan sanitasi dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 32% dan meningkatkan penyediaan air dapat menurunkan kejadian diare sebesar 25% (Elok, 2008).
Penyebab utama dari diare secara mendunia adalah retrovirus, sehingga pengembangan vaksin dan pentingnya kesehatan tubuh bagi anak akan mengurangi insidensi ini pada masa yang akan datang. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mendorong terjadinya diare. Beberapa faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mendorong terjadinya diare. Beberapa faktor resiko terjadinya diare pada anak antara lain umur anak, imunitas anak, status gizi anak, tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu serta faktor lain seperti makanan dan lingkungan. Faktor lain yang berhubungan dengan interaksi antara infeksi dan malnutrisi adalah akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Violita, 2009).
            Di Jawa Tengah selama periode Januari-Desember 2007, balita yang terserang diare sebanyak 323.931 penderita. Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun.Sedangkan di Kecamatan Jebres, Surakarta balita yang terserang diare di periode yang sama sebanyak 233 orang pada desember tahun 2007 (Alfianto, 2009).
            Kejadian seperti diare diduga disebabkan oleh ketidakamanan pangan yang lebih mengarah disebabkan oleh higien dan sanitasi ibu yang kurang baik, ketersediaan air bersih serta pengaruh dari tinggi rendahnya faktor pengetahuan gizi ibu (Dewayani, 2008).
            Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991, 1994 dan 1997 bahwa pravalensi diare berbanding terbalik dengan tingkat pengetahuan ibu. Makin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, makin rendah pravelensi diare balita (Alfianto, 2009).

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang menunjukkan betapa tingginya angka kejadian morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh diare di Negara Indonesia, khususnya di kecamatan Jebres Surakarta, maka Peneliti ingin mengetahui
  1. Seberapa besar angka kejadian diare pada penduduk di kecamatan Jebres Surakarta tahun 2011?
  2. Mengevaluasi program penanggulangan diare di kawasan kecamatan Jebres Surakarta khususnya di puskesmas Sangkrah tersebut guna menurunkan insiden diare
  3. Apakah faktor pendidikan berpengaruh terhadap angka kejadian diare?
  4. Apakah faktor lingkungan berpengaruh terhadap angka kejadian diare?
  5. Apakah faktor pekerjaan berpengaruh terhadap angka kejadian diare?

C. Tujuan Penelitian
A.    Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi program penanggulangan penyakit diare di puskesmas Sangkrah Kecamatan Jebres tahun 2011 dan mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka kejadian diare.


B.     Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui seberapa besar angka kejadian diare pada penduduk di kecamatan Jebres Surakarta tahun 2011
b.    Untuk mengetahui program-program yang telah dilakukan oleh Puskesmas Sangkrah guna menanggulangi diare pada daerah tersebut
c.    Mengidentifikasi seberapa jauh faktor pendidikan berpengaruh terhadap angka kejadian diare
d.    Mengidentifikasi seberapa jauh faktor lingkungan berpengaruh terhadap angka kejadian diare
e.    Mengidentifikasi seberapa jauh faktor pekerjaan berpengaruh terhadap angka kejadian diare

D.  Manfaat Penelitian
1.    Bagi Ilmu Kedokteran
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran, khususnya pada bidang yang berhubungan terhadap penyakit yang sering terjadi di masyarakat dalam hal menurunkan morbiditas dan mortalitas diare.
2.    Bagi Petugas Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dan tambahan pengetahuan dalam rangka upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
3.    Bagi Responden Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan, dan gambaran serta menjadi bahan kajian penelitian lebih lanjut.
4.    Bagi Komunitas Umum
Menambah pengetahuan masyarakat tentang gambaran penyakit diare serta pencegahannya.

E.  Relevansi
Keperawatan sebagai salah satu profesi pelayanan kesehatan yang memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual sebagai bagian dari kiat yang dilaksanakan dalam praktek keperawatan profesional. Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Diare sendiri definisinya suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari).

























BAB II
TINJAUAN TEORI


PENDIDIKAN
       Budaya masyarakat terutama kepercayaan dan kebiasaan yang turun temurun masih sangat dirasakan besar pengaruhnya terhadap daya tahan tubuh individu terhadap penyakit diare. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin rendah prevalensi terjadinya diare.   
       Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa penyakit diare disebabkan karena bertambahnya kepandaian anak, salah makan, masuk angin, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau memang karena faktor rendahnya tingkat pendidikan.
PEKERJAAN
       Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan diare pada anak balita. Pada uji dua faktor pekerjaan ibu maupun keaktifan dalam organisasi sosial berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita.
       Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi ibu yang memiliki balita. Jika akan berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan diharapkan dari kegiatan tersebut akan didapat informasi tentang diare. Pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna, diare pada anak balita terdapat 9,3% anak balita menderita diare pada ibu yang bekerja dan 12 % pada ibu yang tidak bekerja.
PHBS
PHBS adalah respon keluarga  terhadap lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang diukur dengan skor perilaku.
Misalnya:
a.         Kebiasaan cuci tangan sebelum makan
Kita harus membiasakan cara hidup sehat sehari-hari, yaitu kuku yang panjang sebaiknya dipotong dan selalu bersih terutama bagi anak-anak. Setiap kali selesai buang air besar kita harus mencuci tangan dengan sabun. Setiap makan dan minum sebelumnya cucilah tangan terlebih dahulu. Setiap cuci tangan atau mandi sebaiknya menggunakan sabun.
b.        Sumber Air
       Sumber air adalah sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air guna keperluan sehari-hari. Ada 2 sumber air bersih yaitu sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan adalah penyediaan air bersih yang dikelola oleh PDAM dengan mengalirkan air bersih dari sumber air ke konsumen dengan menggunakan pipa-pipa yang terbuat dari pralon atau logam. Sarana air bersih non perpipaan adalah sarana penyediaan air bersih selain perpipaan, contoh : sumur gali, sumur pompa tangan, penampungan air hujan, mata air.
       Air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapat air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
c.         Jamban
       Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Jamban yang baik sebaiknya berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit 10 m.
DEFINISI DIARE SECARA UMUM
A.  Definisi
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari) (Sophia, 2009).
B.  Penyebab
a.Faktor infeksi
               i.     Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enternal ini meliputi :
a)   Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b)   Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
c)    Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).
             ii.     Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
b.Faktor malabsorbsi
               i.              Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa).
             ii.              Malabsorbsi lemak.
           iii.              Malabsorbsi protein.
c.Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas (FKUI, 2001).
C.  Patogenesis
Mekanisme dasar yang menimbulkan diare adalah :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula (FKUI, 2001).
D.  Klasifikasi diare
a. Diare akut : BAB dengan frekuensi > 3x/hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak berlangsung 3-5 hari.
b. Diare kronis : penyakit diare yang berlangsung > 14 hari (IDAI, 2004).
E.   Langkah diagnostik
a. Anamnesis : sudah berapa lama berlangsung, berapa kali sehari, jumlahnya kira-kira, konsistensinya, warna, bau, disertai lendir, darah, demam, muntah, kesadaran menurun, rasa haus, rewel, kencing terakhir kali kapan, berapa banyak, ASI bagaimana, riwayat makanan, apakah ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum.
b. Pemeriksaan fisik : dilihat tanda utama dehidrasi yaitu tingkat kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Tanda tambahan dehidrasi yaitu ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata, mukosa bibir.Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
                    i.     Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
a) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan.
b) Keadaan umum baik, sadar.
c) Tanda vital dalam batas normal.
d) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah.
e) Turgor abdomen baik, bising usus normal.
f) Akral hangat.
g) Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
                  ii. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan.
b) Keadaan umum gelisah atau cengeng.
c) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
d) Turgor kurang.
e) Akral hangat.
f) Pasien harus rawat inap.
                iii. Dehidrasi berat (kehilanga cairan > 10% berat badan)
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan.
b) Keadaan umum lemah, letargi atau koma.
c) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering.
d) Turgor buruk.
e) Akral dingin.
f) Pasien harus rawat inap (IDAI, 2004).
c. Pemeriksaan penunjang :
                    i. Tinja :
a) Makroskopis dan mikroskopis.
b) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinites, bila diduga terdapat intoleransi gula.
c) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
                  ii. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah.
                iii. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
                iv.          Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum.
                  v.          Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik (FKUI, 2001).
F.        Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
a.Dehidrasi (ringan sedang, berat).
b.Renjatan hipovolemik.
c.Hipokalemi (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram).
d.Hipoglikemia.
e.Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g.Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (FKUI, 2001).
G.      Terapi
a.Untuk penderita diare tanpa dehidrasi (mengobati penderita diare dirumah)
                           i.  Memberikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
a) Menggunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan jika tidak ada air matang gunakan larutan oralit untuk anak.
b) Memberikan larutan ini sebanyak anak mau.
c) Meneruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
d) Memberikan 6 bungkus oralit untuk dibawa pulang.
                         ii.  Memberikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
a) Meneruskan ASI.
b) Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan. Untuk anak usia kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu.
c) Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat :
· Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacangkacangan, sayur, daging atau ikan.tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.
· Berikan sari buah segar atau pisang halus.
· Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacangkacangan, sayur, daging atau ikan.
· Berikan makanan yang segar.
· Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.
· Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
                       iii.  Memberikan tablet Zinc.
a) Dosis Zinc untuk anak-anak :
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) perhari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) perhari
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari diare.
b) Cara pemberian tablet Zinc :
Untuk bayi, tablet Zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
c) Tunjukan cara penggunaan tablet zinc kepada orang tua atau pengasuh dan meyakinkan bahwa pemberian tablet zinc harus diberikan selama 10 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.
                       iv.  Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari atau menderita sebagai berikut :
a) Buang air besar cair lebih sering.
b) Muntah berulang-ulang.
c) Rasa haus yang nyata.
d) Makan atau minum sedikit.
e) Demam.
f) Tinja berdarah.
b. Untuk terapi dehidrasi ringan atau sedang (pemberian oralit di sarana kesehatan)
                         i.     Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :
a) Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita (kg) dengan 75 ml.
b) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah.
c) Membujuk ibu untuk meneruskan ASI.
d) Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI dapat juga diberikan 100-200 ml air masak.
H.      Upaya Kegiatan Pencegahan Diare
a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan.
b. Pemberian ASI. Pemberian ASI saja , tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol yang kotor, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan ini disebut dengan pemberian ASI eksklusif. Bayi-bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, pemberian ASI diteruskan sambil ditambah dengan makanan lain.
c. Makanan pendamping ASI berupa makanan lunak, ketika berusia 6 bulan. Tambahkan minyak, lemak, dan gula ke dalam nasi atau bubur dan biji-bijian untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
d. Menggunakan air bersih yang cukup. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
- Ambil air dari sumber yang bersih
- Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air
- Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
- Minum air yang sudah matang
- Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup
e. Makanan Sehat. Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada tahap produksi dan persiapan, dan penyimpanan. Masaklah makanan dengan benar, pisahkan makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak, pisahkan pula makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan jaga makanan dari serangga seperti lalat.
f. Menggunakan Jamban. Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Yang harus diperhatikan oleh kelurga :
- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh keluarga.
- Bersihkan jamban secara teratur.
- Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak, dan tidak di tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air.
- Gunakan alas kaki bila akan buang air besar
g. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain).
h. Buang air besar dan air kecil bayi pada tempatnya. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
- Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban
-Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya
- Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau di kebun kemudia ditimbun.
- Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun
i. Pemberian imunisasi campak
Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2008).
I.      Penanggulangan KLB Diare
Untuk penanggulangan KLB diare dapat dibagi menurut phase terjadinya KLB, yaitu masa pra-KLB, masa saat KLB, dan masa paska KLB.
a. Masa pra-KLB
- Meningkatkan kewaspadaan di puskesmas
- Intensifikasi surveilans
- Membentuk Tim Gerak Cepat
- Mengintensifikasi penyuluhan kesehatan masyarakat
- Meningkatkan kegiatan laboratorium
- Perbaikan dan evaluasi sanitasi
- Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor
b. Masa saat KLB, tatalaksana penanggulangan :
- Penyelidikan KLB yang kegiatannya terdiri atas 2 kegiatan pokok yaitu pemutusan mata rantai penularan dan intensifikasi pengamatan baik terhadap penderita maupun terhadap faktor resiko.
- Penanggulangan penderita diare, dengan ketentuan masa KLB perlu dibentuk pusat rehidrasi, mengaktifkan Tim Gerak Cepat dengan jumlah personilnya disesuaikan dengan besar kecilnya KLB serta luas daerah operasionalnya.
- Pemutusan rantai penularan dengan ketentuan, perhatian utama upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB diare meliputi, peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang mencakup penyehatan dan perbaikan kualitas air bersih, penyehatan dan perbaikan kualitas sarana pembuangan kotoran, dan penyehatan dan perbaikan kualitas persampahan meliputi pengendalian vektor. Selain itu juga meliputi penyuluhan kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban, pemanfaatan air bersih dan memasak air untuk minum, kebersihan perorangan dan lingkungan, dan pengendalian serangga atau lalat.
- Pengamatan intensif terhadap penderita, pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang diperkirakan mempunyai resiko tinggi terjangkit diare.
c. Masa pasca- KLB
- Pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 minggu berturut-turut, untuk melihat kemungkinan timbulnya letusan kecil yang lain.
- Perbaikan sarana lingkungan yang diduga penyebab penularan.
- Penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku hidup sehat (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2008).











BAB III
METODE PENELITIAN



A.  Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan cross sectional. Dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel independent dan dependent dilakukan saat pemeriksaan atau pengkajian data (Sastro Asmori dan Ismael, 1985).

B.  Frame Work
                                             Faktor-faktor yang mempengaruhi





Rounded Rectangle: • Pendidikan
• Lingkungan
• Pekerjaan
Rounded Rectangle: • Konsistensi BAB
• Campuran BAB (darah, lendir, dll)
• Tingkat dehidrasi

Rounded Rectangle: Diare






 





C.  Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi penelitian ini adalah balita dan orang tua yang bertempat tinggal di Kecamatan Jebres daerah Kampung Sewu dan Gandekan. Populasi dalam penelitian ini jumlah berkisar 20 responden
2.     Sampel
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis bivariat, maka sampel yang digunakan minimal 20 sampel. Data yang didapat akan dianalisis dengan uji statistik chi square.


3.    Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode exhaustive sampling yaitu peneliti melakukan survei kepada seluruh populasi sumber (Murti, 2006).

D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah gejala yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang menjadi fokus penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas
Hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan lingkungan
2. Variabel terikat
Penyakit diare
E. Definisi Operasional Variabel
1. Pendidikan
a.    Definisi: jenjang pendidikan sekolah formal yang pernah diselesaikan oleh Ibu berdasarkan kelulusan pendidikan terakhir atau ijazah terakhir.
b.    Alat ukur: dengan menggunakan pedoman wawancara dan dilakukan dengan wawancara.
c.     Skala pengukuran: kategorikal
0 = tidak sekolah sampai SD
1 = SMP sampai SMA
2 = Perguruan Tinggi (PT)

2. Pendapatan
a.    Definisi: jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga baik tetap dan tidak tetap perbulan yang dikonversikan dalam dalam bentuk satuan rupiah.
b.    Alat ukur: dengan menggunakan pedoman wawancara dan dilakukan dengan wawancara.
c.     Skala pengukuran: kontinu diubah menjadi kategorikal
0 = di bawah UMR
1 = di atas atau sama dengan UMR

3. PHBS
a.    Definisi: respon keluarga  terhadap lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang diukur dengan skor perilaku
b.    Alat ukur: dengan menggunakan pedoman wawancara, dilakukan dengan wawancara dan pengamatan atau observasi.
c.    Skala pengukuran: kategorikal
0 = kurang sehat
1 = sehat

F.   Teknik Analisa Data
Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data merupakan kegiatan untuk merubah data mentah menjadi bentuk data yang ringkas dan disajikan serta dianalisis sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Nursalam, 2003).
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :
1. Editing
Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan dari rekam medic. Ini berarti semua data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan
2. Scoring
Yaitu tahap ini dilakukan setelah ditetapkan hasil setiap jawaban responden dapat diberikan skor.dengan kriteria sebagai berikut:
Bila jawaban benardiberi nilai 1
Bila jawaban salah diberi nilai 0.
(yanto dan ummi,2009)
3. Tabulasi
Tabulasi dengan memuat tabel-tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
4.    Analisis data.
Analisis Data dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran / Diskriptif cukup menyajikan tabel distribusi.
Memindahkan data dari data kuesioner ke dalam table, selanjutnya diadakan presentasi tersebut dengan membagi frekuensi setiap alternatif jawaban dengan jumlah responen kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus :
P = x 100%
P = prosentase
f = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah soal
Kemudian data penelitian tersebut di interprestasikan dengan menggunakan kriteria kwalitas.
Baik : 76 – 100 %
Cukup : 56 – 75 %
Kurang : 40 – 55%
Tidak baik: < 40%
(Ari kunto, 2006)


























DAFTAR PUSTAKA



FKUI, 2001. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1. Badan Penerbit IDAI

Satriya, 2008. Diare Pada Anak. FK-UNRI, Diponegoro, Pekanbaru: Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad.

Sophia, E., 2009. Diare Pada Bayi dan Anak. Diakses di www.medicastore.com pada tanggal 22 Maret 2011 pukul 10:40.

Wikipedia, 2010. Diare. Diakses di www.Wikipedi.com pada tanggal 22 Maret 2011 pada pukul 10:37.




1 komentar:

  1. terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,

    http://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-diare/

    BalasHapus